Jumat, 10 April 2009

Senyum

Ia berkata, langit mendung dan berkabut,
Aku berkata, tersenyumlah, biarlah kabut dan mendung itu ada dilangit .........

Ia berkata, masa muda telah berlalu,
Aku berkata, tersenyumlah,
Penyesalan takkan mengembalikan masa muda yang telah berlalu .....

Ia berkata, langit yang ada dalam jiwa mudaku,
Ia khianati janji - janjiku setelah kuberikan hatiku,
maka bagaimana sanggup aku tersenyum !
Aku berkata, tersenyumlah dan bergembiralah jika membandingkannya,
Engkau habiskan usia dengan derita.....

Ia berkata, perniagaan selalu dalam persaingan sengit,
Seperti musafir yang nyaris dibunuh dahaga,
Atau laksana wanita cantik berpenyakit paru membutuhkan darah,
Namun meludahkan darah setiap kali dahaga
Aku berkata, tersenyumlah, engkau tidak memberikan sakitnya,
Ataupun kesembuhannya, tapi jika kau tersenyum barangkali berguna....

Apakah orang lain berbuat dosa, engkau bermalam dalam ketakutan,
Seolah-olah engkau sendiri yang telah berbuat dosa?
Ia berkata, musuh ada disekitarku, mereka berteriak dengan keras,
Patutkah aku bergembira saat musuh dalam bentengku...?!
Aku berkata, tersenyumlah, mereka takkan menyakiti engkau,
Jika engkau lebih agung dan mulia......

Ia berkata, musim-musim sudah menampakkan tanda - tandanya,
Menyindir tentang pakaian dan darahku,
Sedang aku punya kewajiban kepada teman-teman,
Akan tetapi, tak satu Dirham ada ditanganku,
Aku berkata, tersenyumlah, cukuplah engkau masih hidup,
Dan engkau tidak diasingkan dari teman-teman......

Ia berkata, malam-malam menegukkan dengan empedu,
Aku berkata, tersenyumlah, walau engkau meneguk empedu,
Barangkali jika orang lain melihat engkau bernyanyi,
Akan mencampakkan penatnya dan ikut bersenandung,
Apakah engkau memperoleh Dirham dengan kejenuhan,
Atau apakah engkau akan merugi dengan senyuman..,.

Wahai sahabat tidak mengapa seandainya kedua bibirmu pecah dan wajahmu menjadi hancur,
Maka tertawalah, sesungguhnya cahaya-cahaya tertawa,
Dan kegelapan saling menampar,
karenanya kita menyukai bintang - bintang.....

Ia berkata, senyuman tidak membahagiakan apapun,
yang datang ke dunia dan pergi dengan terpaksa,
Aku berkata, tersenyumlah, selama antaramu dan kematian,masih tersisa satu jengkal,
sebab setelahnya engkau tidak akan tersenyum..........


( Ta'aruf Cinta )

Rabu, 01 April 2009

Teman Persaudaraan

Ketika dua orang memiliki jiwa, penampilan tidaklah penting. Topeng tidak dibutuhkan. Sejak pertama kamu bertemu, ada perasaan sama-sama tahu bahwa kamu telah menemukan sebuah persahabatan yang didasarkan pada kejujuran dan keterbukaan

Seorang teman persaudaraan mengenal sisi terbaik di dalam dirimu, menghargaimu dan melengkapi bagian terdalam dirimu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata, menghargai kemenanganmu dan ikut sedih dalam kegagalanmu. Teman yang seperti itu membuka pintu yang tidak pernah diketahui keberadaannya oleh jiwamu.

Ikatan special yang muncul diantara rasa persaudaraan menciptakan sebuah kebun rahasia yang aman bagi jiwamu untuk beristiraat, sebuah tempat persinggahan dimana kamu akan menemukan kenyamanan, dukungan dan penerimaan dirimu apa adanya.

Teman seperti itu menggambarkan apa yang kamu anggap sakral dan sayangi dan tanpa batas. Kamu mempercayai dia secara utuh dengan jiwamu. Kamu bebas menjadi apapun, bebas untuk bersantai, tertawa, terlihat bodoh, tidak senang atau menangisi ketakutan yang dalam tanpa khawatir diberi cap buruk.

Seorang teman yang memiliki jiwa persaudaraan melihat melalui banyak lapisan dirimu, kedalam inti jiwamu, selalu memahami dan selalu mencintai keseluruhan dirimu.

Sedikit teman yang bisa membuatmu nyaman berbicara dengan mereka sampai berjam-jam atau melepas sepatumu dan duduk bertelanjang kaki dengan mereka disebuah ayunan, bertukar pikiran dan perasaan tanpa kata-kata