"Saya suka sedih setiap kali ada orangtua yang memberi beban seperti itu pada anak sulungnya."
Kamu anak sulung, kamu harus kasih contoh untuk adik-adik kamu.
"Pada zaman dulu itu tepat. Tapi zaman sekarang, itu tidak tepat, sebenarnya."
"Zaman dulu itu zaman susah.. zaman bertani dan punya banyak anak…
Sulung menjadi dewasa karena kondisi sulit memaksa mereka. Zaman sekarang tidak seperti itu…"
“Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung benci sama takdirnya dan si bungsi tidak belajar tanggung
jawab dengan cara yang sama.
Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan.”
"Jika kita ingin memotivasi Satya untuk belajar, jangan pojokkan dia dengan, ‘kamu anak sulung, harus jadi contoh.’
Kasih lihat pada dia, orangtuanya juga ranking satu. Perlihatkan rapor saya pada mereka berdua. Itu yang akan membuat mereka belajar."
"Jika kita ingin memotivasi Satya dengan status sulung, kita coba dengan cara positif .
'Kang Satya, lihat itu Saka, dia butuh perlindungan Kakang. He needs your help .’
'Kang Satya, lihat itu Saka selalu ingin pakai baju yang sama dengan Kakang. He looks up to you. He thinks
you’re cool. ’
'Kang Satya, coba ajarin Saka 1+1. Soalnya kalo sama Mamah, Saka gak mau denger. Dia maunya dengerin
Kakang. He thinks you’re smart.’
“… Dengan seperti itu, Satya akan sukarela menjadi panutan.”
"Menjadi panutan bukan tugas anak sulung kepada adik-adiknya.
Menjadi panutan adalah tugas orangtua untuk semua anak.”
- Adhitya Mulya dalam Sabtu bersama Bapak
Rabu, 08 Oktober 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar