Selasa, 07 Oktober 2014

Women Choice


Catatan nie kuambil dari blog Ta* And The illusionalove di multiply...aku gak bisa banyak menulis komentar tambahan disini.. lagi lum isa merangkai kata... 



Seorang teman kirim email, dia bilang:

"Di usia senja seperti ini ternyata susah, Ta. Segala sesuatu harus perhatikan bagaimana reaksi serta tanggapan lingkungan terutama keluarga. Di usia ini hanya seorang aku yang masih lajang, beberapa bulan lalu seorang teman dekat memperkenalkan aku pada seseorang. Selain dia suka padaku menurutku orangnya juga agak lumayan. Yang terpenting adalah dia bilang kalau umur dia sudah tidak muda lagi. kamu tahu maksudku kan?
Awalnya aku merasa inilah saatnya pangeran itu datang menjemputku ke istananya, akan tetapi setelah dia bawa aku menemui keluarganya, aku baru sadar akan sesuatu bahwa semua tak seperti yang ada dalam pikiranku. Bapaknya, terkena stroke, sedang ibunya sudah udzur yang sudah lupa siapa dirinya. Sedang dia adalah anak satu-satunya yang sangat membutuhkan tangan perempuan untuk membantu merawat kedua ortunya.
Kalau aku menikah dengannya, maka itu berarti aku harus melepaskan karierku yang selama ini jadi barisan pertama dalam hidupku, untuk itulah aku melepaskan lelaki itu. Ortuku bisa menerima sikapku, mereka bilang di usiaku seperti ini sudah sangat beruntung ada lelaki yang sudi datang padaku, berkorban sedikit apa susahnya? "



*****

Membaca berulang-ulang aku sempat terpaku lama di depan komputer.
Ternyata membuat pilihan bagi seorang perempuan adalah satu hal yang sangat getir. Pait. hanya itu yang bisa aku simpulkan dari otakku.

Sebenarnya ada banyak kisah awal pernikahan dari orang-orang disamping kita yang tentunya disertai cerita-cerita roman, yang bahkan kadang mengharukan. Dulu aku sempat berpikir, enak ya,  bila ternyata Tuhan bisa memberiku sebuah pilihan. Akan tetapi membaca cerita temanku ini aku malah merasa takut akan sebuah pilihan. sebuah pilihan yang harus dibayar dengan pengorbanan. Sebuah pilihan yang kemudian tak bisa di elakkan.

Akan tetapi bagaimana bila ternyata pengorbanan yang harus dikeluarkan lebih besar hingga harus kehilangan yang namanya 'balance'. Apalah arti sebuah pilihan, ketika semua harus dibayar dengan sebuah mimpi dari cerita dongeng kemudian berubah menjadi suatu kalimat yang berujung Beban.

Relakah anda menukar seluruh kehidupan anda dengan selembar surat nikah?
Untuk demi seseorang yang mungkin anda tidak begitu mencintainya, apakah anda rela melepaskan segala yang anda punya?
Hanya untuk sebuah 'muka', kita harus gunakan seumur hidup untuk membayarnya.

It's not worthy.

Jadi ingat belum lama ini aku sempat membeli sepasang sepatu, dari luar serta designnya nampak keren. Apalagi Brand dari sepatu ini cukup dikagumi dan favorite rekan-rekan sekandang ^ ^

Tetapi, tahukah anda? baru sehari aku pakai, kaki mungil ini sudah dihampiri oleh beberapa butir benjolan berisi air.... yang kalau dipencet bisa jadi luka *ouh sad. Melihat ini aku merasa diri ini nampak bodoh, tolol hanya untuk dikatakan "cantik" menarik" aku harus menahan derita sakit yang entah apa yang akan terjadi bila ku pakai selamanya *ga bisa bayangin )

Membeli sepasang sepatu, hati berharap tentu saja ingin merasa nyaman, bukan malah untuk menyiksa diri. Tapi apa boleh buat ketika yang ada justru sebaliknya. Meski ada rasa sayang untuk dibuang. untuk tetap memakainya adalah satu keputusan bodoh fatal.

Tak pandang bermerk atau tidak, Toh kalo tak cocok dengan bentuk kaki, sebagus apapun bentuk jenisnya maka dia bukanlah sepatu yang cantik.

Disimpan pun percuma, menuhin lemari doang ^ ^

Memang kebutuhan tiap orang itu tak bisa nampak oleh kasat mata, tetapi cobalah lihat dengan kacamata indah, kacamata hati karena kalau tidak bukan saja kaki yang jadi korban tpi seluruh kehidupan kita ^ ^

 Pahami dulu apa yang tidak kamu inginkan, baru kemudian pelan-pelan kita akan tahu apa sebenarnya yang terpenting dalam kehidupan kita.

kalau tidak, wah bisa jadi seperti cerita diatas yang ga tau bagaimana jalan selanjutnya.

*Benar, tiap pilihan itu menanggung resiko.

Pertanyaannya adalah sebelum memutuskan sebuah pilihan, siapkah anda dengan resiko yang akan ada?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar