Selasa, 18 Januari 2011

HIDUP TERLALU SINGKAT UNTUK MEMBENCI

Disaat aku menjelajah dari blog satu ke blog yang lain, aku menemukan sebuah catatan yang menurutku begitu bagus. Penjelajahanku tentang tulisan - tulisan yang bagus menjadikan keasyikan sendiri, disamping menambah pengetahuan buatku juga bisa memberikan inspirasi yang bagus buatku pribadi. Begitu juga disaat aku menemukan catatan ini...

~ Hidup Terlalu Singkat Untuk Membenci ~

Ah, terlalu sukar untuk memberi maaf. Bahkan lebih sukar daripada meminta maaf. Masih terasa tusukan rasa bagaikan sebuah dendam yang membara. Masih terngiang-ngiang segala kata. Masih terbayang semua tingkah dan perlakuan. Wajah 'orang-orang bersalah' itu terasa begitu menjengkelkan. Memberi maaf kepada mereka seolah-olah menggadaikan harga diri. Ah, apakah rasa ini terlalu murah untuk di tukar dengan harga yang rendah? Dan cukup sakit, apabila mengenangkan 'musuh-musuh' itu tersenyum dengan kemenangan.

Namun, itu hanya bisik 'hati besarku'. Yang melantunkan suara ego dan marah. Kesat dan kesumat. Tetapi jauh dari dalam diri...ada suara lain yang bergetar. 'Hati kecil' yang tidak jemu-jemu mengingatkan. Suara tulus yang mendamaikan gelombang jiwa. Bisik tulus yang meredakan amukan rasa. Maafkan, lupakan,...Berperang dengan mereka berarti berperang dengan diri sendiri. Begitu bisik hati kecil itu selalu.

Pada sebuah persimpangan rasa, tiba-tiba hati disapa oleh sebuah kata : "Tolaklah kejahatan dengan sebuah kebaikan. Niscaya engkau akan mendapati musuhmu akan menjadi seolah-olah saudara "Wahai diri, api jangan dilawan dengan api. Nanti hasilnya akan membakar diri sendiri.

Menyimpan dendam sama seperti membina sebuah gunung berapi di dalam hati.Semakin besar dendam itu, maka semakin sakit hati yang menanggungnya. Musuh-musuh mu terus ketawa, sedangkan kau sendiri menderita meneguk bisa. Musim-musim terus berlalu sewajarnya mendewasakan aku. Pengalaman lampau sentiasa membuktikan bahwa permusuhan hanya akan memberi kepuasan sementara. Apabila 'fatamorgana' itu berlalu. Aku akan menjadi lebih dahaga daripada sebelumnya. Apakah akan ku rasakan perangkap itu berkali-kali? Oh,tidak. Mukmin tidak akan terperosok dalam lubang yang sama dua kali. Begitu maksud sebuah sabda. Justru? Cukup sekali! Biarlah musuh itu tertawa sepuas-puasnya. Beban rasa ini biarlah aku letakkan. Tidak akan ku bawa dalam safar kehidupan yang pendek ini.

Hidup terlalu singkat untuk membenci. Bermusuhan dengan orang lain, sama seperti bermusuh dengan diri sendiri. Memaafkan orang lain,sama seperti memaafkan diri sendiri. Kata bijak pandai: "Apa yang kita berikan akan kita terima kembali" Ah, betapa leganya sekarang...Benarlah bahwa kebaikan itu tampak sukar untuk dilaksanakan. Pahit. Sakit. Tetapi apabila dilaksanakan akan terasa kemanisannya. Manakala kejahatan itu tampak mudah, indah dan manis. Namun apabila dilakukan, pasti ada kekesalan, kepahitan dan keresahan. Ketika ini terasa benar apa yang selalu didengar di dalam tazkirah - yang punya tabsyir dan inzar - bahwa dosa itu sesuatu yang meresahkan. Dendam itu dosa. Memaafkan itu pahala. Memaafkan menjemput datangnya 'syurga' yang fana, sebelum syurga yang baqa'.

--- Kuambil dari blog sahabat-----


Tidak ada komentar:

Posting Komentar