Alkisah, disebuah perkampungan sepi dipinggiran sebuah kota metropolitan, hidup seorang anak laki-laki. Kita sebut saja dia 'Tole'. Tole hidup bersama Ibunya, seorang janda tua yang pekerjaannya hanyalah menjahit kacing baju pada sebuah perusahaan konveksi di kota. Walaupun bekerja keras seharian, Si Ibu tidak cukup mampu untuk membiayai sekolah Si Tole. Jadi, setiap hari Si Tole akan pergi ke satu-satunya sekolah yang ada kampung itu, duduk didekat pintu dan mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Ibu Guru dari luar kelas.
Seperti biasa, Tole pergi ke sekolah dan belajar dari luar kelas. Tapi tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Tole merasa sangat jenuh. Tole bosan karena harus mengikuti pelajaran dari luar kelas. Tidak ada yang menilai hasil belajarnya, tidak ada yang peduli bahwa Tole bisa menjawab semua pertanyaan Ibu Guru dengan baik sementara murid-murid di dalam kelas tidak bisa. Karena bosan, maka Tole meninggalkan sekolah dan berjalan pulang dengan hati masgul. Tole ingin ada yang tahu bahwa dia adalah anak yang cerdas. Tole juga ingin mendapat nilai rapot seperti murid-murid di kelas. Tole ingin bersekolah. Tole ingin maju. Tole tidak mau miskin seperti Ibu. Tole ingin punya masa depan. Dan dengan keadaannya sekarang ini, Tole tidak tahu bagaimana masa depannya.
Tole berjalan menunduk sambil menendang batu-batu yang berserakan menghalangi jalannya, karenanya tanpa sadar Tole menabrak sesuatu di depannya. Ternyata yang di tabrak Tole adalah seorang kakek. Seperti bisa membaca pikiran Tole, Si Kakek berkata kepada Tole " Aku bisa membantu mengabulkan keinginanmu. Kamu bisa dengan segera melihat masa depanmu dengan alat ini " Si Kakek memperlihatkan sebuah alat kecil. Bentuknya seperti mainan 'yoyo' - bulatan pipih dari kayu sebesar kepalan tangan dengan benang yang dililitkan di tengahnya. "Setiap satu tarikan benang ini akan membawamu setahun lebih maju, sehingga kamu dapat segera tahu apa yang akan terjadi pada masa depanmu. Tapi kamu harus BIJAKSANA, pikirkanlah masak-masak sebelum kamu menarik benang itu. Karena setiap satu tarikan benang tidak akan dapat kamu putar kembali. Waktu yang sudah lewat tidak dapat kamu ulang." Setelah berkata seperti itu tiba-tiba saja Si Kakek menghilang dari hadapan Tole.
Sampai di rumah, Si Tole menimang-nimang alat yang diberikan Si Kakek tadi. Tole ingat kata-kata Si Kakek agar bijaksana dalam menggunakan alat itu. Tapi Tole sudah bosan dengan keadaannya saat ini, Tole ingin melihat apa yang terjadi dengan dirinya tahun depan. Tole merasa tidak apa-apa kalau hanya melakukan satu tarikan saja, itu cukup bijaksana. Maka Tole menarik benang itu ... satu tarikan.
Tole merasa pusing ... barang-barang di di bilik kecilnya seperti berputa-putar dengan cepat ... Tiba-tiba Tole sudah berada di ruang kelas. Ibu Guru mengumumkan bahwa hari ini ada murid baru yang masuk ke kelas karena mendapatkan beasiswa sambil melihat ke arah Tole. Sesaat kemudian seluruh murid di kelas itu mengucapkan selamat datang kepada Tole secara serentak. Tole senang sekali. Sekarang dia bisa belajar di dalam ruang kelas bersama murid-murid yang lain. Namun, perasaan senang Tole tidak berlangsung lama ... Tole mulai bosan belajar. Tole ingin bekerja dan punya uang yang banyak. Maka, sepulang sekolah Tole langsung mengambil alat itu. Tole menimbang-nimbang .... satu tarikan hanya akan membawa Tole ke masa sekolah yang jenjangnya lebih tinggi. Kalau ingin bekerja Tole harus menarik benang itu paling sedikit 5 atau 6 tarikan. Tole menimbang-nimbang lagi ... 5 atau 6 tarikan rasanya cukup bijaksana. Maka Tole menarik benang itu ... 6 tarikan.
Lagi-lagi Tole merasa pusing. Tapi, kali ini lebih dari yang sebelumnya. Barang-barangpun berputar dengan sangat cepat berkali-kali .... Dan Tole menjumpai dirinya sedang berada di sebuah ruang kantor. Dengan kagum Tole memandang berkeliling ... ini kantornya. Dia sudah bekerja sekarang. Kantornya cukup besar, ada beberapa orang pegawai dalam ruangan ini. Rupanya Tole bekerja sebagai salah satu pegawai bagian administrasi ... Tole Sangat senang. Tole bekerja dengan semangat. Waktu berjalan .... dengan lambat. Dan seperti sebelumnya, Tole kembali bosan. Tole bosan karena setiap pulang bekerja, Tole sendirian - Si Ibu sudah meninggal, tidak ada yang menemani Tole. Tole mengambil alatnya kembali ... kali ini Tole tidak lagi terlalu banyak pertimbangan. Tole menarik benang itu ... 8 tarikan ...
Sekarang Tole sudah mulai terbiasa. Barang-barang dikamar berputar-putar sangat cepat, tapi tole tidak pusing lagi .... Tole membuka matanya, dia ada di dalam kamar tidur. Tapi kamar ini tidak seperti bilik kecilnya. Kamar ini besar, perabotnya mewah. Tole menoleh kesamping ... ada seorang wanita berbaring diranjangnya. Cantik ... sangat cantik. Tole mengenali wanita ini. Dia anak pemilik perusahaan tempat Tole bekerja. Mata Tole menangkap sebuah potret besar yang tergantung di atas ranjangnya. Itu adalah foto dirinya dengan wanita itu ... dalam busana pengantin yang anggun dan terlihat sangat megah. Tole paham ... dia menikahi anak Si Pemilik Perusahaan tempatnya bekerja. Tole puas ....
Waktu terus berjalan ... Tole sekarang sudah tidak bekerja sebagai pegawai biasa. Tole sekarang menjalankan Perusahaan karena dia menikahi anak Si Pemilik Perusahaan. Tole sekarang pengusaha sukses ... Tole sudah punya uang yang banyak. Tole juga sudah menjadi ayah. Anaknya sudah mulai besar ... dan mereka sudah mulai nakal dan merepotkan. Bisa di tebak ... Tole bosan. Tole pusing karena kenakalan anak-anaknya dan masalah-masalah keluarga yang semakin banyak saja .... Maka malam itu sepulang dari kantor Tole mencari alat itu. Sudah cukup lama ... Tole hampir lupa dimana dia menyimpannya. Setelah ditemukan, Tole menarik benangnya .... 10 tarikan ...
Barang-barang di kamar berputar-putar ... sangat cepat, lebih cepat dari yang terakhir kali Tole ingat. Tole terhuyung-huyung ...... Ini bukan akibat putaran yang cepat tadi. Tole memang berjalan terhuyung-huyung. Tole merasa sangat lelah, dia berjalan ke arah cermin ... Tole melihat wajahnya sangat tua dan resah. Tole melihat istrinya sedang menangis di tepi ranjang. Kecantikan istrinya sudah pudar oleh usia. Istrinya menggenggam secarik kertas, dibawah kakinya ada surat kabar ... seperti baru terjatuh dari pangkuan istrinya.
Tole menghampiri istrinya. Diambilnya secarik kertas dalam genggaman istrinya. Sebelum sempat Tole membaca isinya, ekor matanya menangkap headline di surat kabar : "Putra seorang Pengusaha Terkenal Terbunuh dalam Perkelahian antar Gank" Seketika lututnya menjadi lemas seperti tidak bertulang ... Putra keduanya terbunuh. Dengan berlinang air mata, Tole membaca secarik kertas yang diambil dari genggaman istrinya. Kertas itu ternyata adalah Surat Perintah Penyegelan atas rumahnya .... Dunia Tole seakan-akan runtuh. Putra pertamanya telah menggunakan uang perusahaan untuk berfoya-foya dan memakai rumahnya sebagai taruhan di meja judi. Tole menyesal karena tidak pernah mendidik anaknya dengan baik .... Kini Tole tidak punya apa-apa. Tole tidak berdaya ...
Dengan sisa-sisa harapan, Tole mengambil alatnya. Tole ingin segera meninggalkan keadaannya saat ini ... dengan harapan masa depannya akan lebih baik. Maka ditariknya kembali benang itu .......
Tapi benang itu sudah habis !!
Tidak ada lagi yang bisa di tarik. Benang itu sudah mencapai ujungnya ... Tole sudah tidak bisa lagi melihat masa depannya. Tole sudah tidak punya masa depan ....
Tole menyesal karena tidak menuruti perintah Si Kakek. Tole menyesal karena tidak menggunakan alat itu dengan bijaksana. Sekarang Tole sudah tua dan ringkih ... Tole juga tidak punya apa-apa ... selain penyesalan. Dengan air mata yang berlinang, Tole seperti kembali mendengar suara Si Kakek yang berkata kepadanya bertahun-tahun yang lalu "Kamu harus BIJAKSANA, pikirkanlah masak-masak sebelum kamu menarik benang itu. Karena setiap satu tarikan benang tidak akan dapat kamu putar kembali. Waktu yang sudah lewat tidak dapat kamu ulang" Tole menangis tersedu-sedu .........
( Lekatompessy )
Seandainya waktu bisa di ulang, hal apa yang mau kalian ulang/perbaiki??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar