Selasa, 18 Januari 2011

Sebuah Makna Tersirat

JADILAH SEPERTI PENSIL ITU

Jadilah laksana pensil. Meski pensil patah berkali-kali, batu jelaga hitam di dalamnya masih bisa dipakai untuk menulis. Bahkan hingga ke patahan terakhir, pensil tak kehilangan "jiwanya"; sang batu jelaga hitam itu. Ketika batang pensil telah lenyap terserut, sang "jiwa" pensil tetap abadi. Mungkin ia kini telah membentuk sketsa seorang pelukis, atau coretan rumus fisika seorang jenius, atau hanya sekedar garapan pekerjaan rumah seorang murid sekolah dasar. Bahkan ketika sang pelukis atau sang jenius telah tiada, sketsa itu dikenang dalam pigura, dan rumus fisika itu telah mengubah hidup banyak orang.
Jadilah jiwa yang kuat. Meski tubuhmu dipatahkan berkali-kali, jangan sampai kehilangan jiwa kuatmu. Karena kekuatan jiwa akan mengilhami dirimu sendiri. Dan, ketika jiwa kuatmu mengilhami orang lain, ia menjadi abadi, dikenang dalam tindakan dan mengubah hidup banyak orang. Keabadian memang tidak terletak pada tubuh fisik mu, namun pada jiwamu; si batu jelaga hitam pensil itu.


TEMUKAN TELAGA ITU

Ada sebuah telaga indah. Airnya sejuk, jernih dan tenang. Permukaannya berkilauan, bukan hanya karena memantulkan sinar rembulan, namun batu-batu kerikil yang ada di dasarnya juga memancarkan cahaya. Kedamaian selalu meliputinya. Sayangnya, telaga itu tak mudah dijangkau. Ia terletak di tengah hutan lebat yang dipagari oleh semak berduri. Pepohonan tinggi dan binatang buas menghadang setiap langkah ke sana. Siapa pun yang mampu menemui dan mereguk keindahannya, raja rimba pun tunduk dan patuh padanya.
Telaga itu adalah hati nurani kita, yang senantiasa menyerukan ketentraman batin. Kesejukan regukan airnya memberi makna pada hidup kita. Sedangkan rimba lebat penuh onak dan binatang buas adalah wujud dari pikiran, emosi, hawa nafsu dan persepsi inderawi yang selalu menghalangi jalan kita. Tanpa disadari ia pun dapat melukai diri kita. Namun, bila kita telah menemukan suara hati nurani itu, maka kekuatan dan kedamaian melingkupi sepanjang hidup kita.
Mari kita temukan telaga jernih itu. Itulah anugrah paling berharga yang harus dipegang teguh dalam hidup ini.

TERSESAT DIKELEBATAN BELANTARA

Jika seseorang tersesat di hutan lebat, dan tak tahu arah mana yang harus ditempuh, semestinya ia tidak terus berjalan, atau membabat semak sana-sini.Yang seharusnya dilakukan adalah berhenti sejenak, menghitung di manakah sesungguhnya posisi diri ini berada, menengadah ke langit mencari cahaya mentari atau rembulan, menunduk ke bumi mengukur bayang-bayang diri. Baru setelah itu menentukan kembali arah yang harus dituju, lalu berjalan penuh hati-hati, sembari terus mengukur bayang-bayang. Penjelajah yang sejati tahu kapan harus bergerak, berhenti dan beristirahat.
Jika tersesat dalam kesibukan yang kita sendiri tak tahu mengapa melakukan apa. Semestinya anda juga berhenti sejenak. Membuka peta diri sendiri, merujuk kembali pada tujuan besar hidup kita, lalu meniatkan hati untuk melangkah. Tujuan tak tercapai karena kita bergerak secepat-cepatnya. Tujuan tercapai karena kita tahu mana yang sedang dituju, serta bergerak penuh kesadaran dan kewaspadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar