Senin, 10 Januari 2011

Paradoks

Paradoks waktu kita saat ini adalah bahwa :

Kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi, tetapi semakin rendah ketahanan kita akan amarah.

Kita membangun banyak jalan-jalan yang besar, tapi wawasan kita semakin sempit.

Kita banyak menghabiskan uang, tapi semakin sedikit apa yang kita punya.

Banyak membeli, tetapi semakin sedikit yang bisa kita nikmati.

Rumah-rumah kita bertambah besar, akan tetapi keluarga kita semakin kecil.

Rumah yang semakin nyaman, akan tetapi semakin sedikit waktu yang kita miliki untuk menikmatinya.

Kita memiliki semakin banyak gelar, tetapi semakin sempit akal, semakin banyak pengetahuan—tetapi semakin sedikit penilaian akan yang baik dan salah.

Semakin banyak ahli,akan tetapi semakin banyak pula masalah, semakin banyak ditemukan obat, tetapi semakin berkurang kesehatan.

Kita terlalu banyak minum, terlalu banyak merokok, ceroboh, terlalu jarang tertawa, mengemudi terlalu cepat, semakin kerap marah, susah tidur, bangun dalam keadaan yang terlalu penat, terlalu sedikit membaca, terlalu banyak menonton televisi, dan sangat jarang berdoa.

Kita telah melipatgandakan keinginan, akan tetapi mengurangi nilai-nilai diri kita.

Terlalu banyak berbicara, terlalu sedikit mencinta dan terlalu sering membenci.

Kita telah belajar bagaimana mencari nafkah, tapi tidak mencari hidup.

Kita telah mampu menambahkan tahun-tahun dalam kehidupan kita, tetapi gagal membawa kehidupan dalam tahun-tahun hidup kita.

Kita telah mampu ulang-alik ke Bulan, tapi bermasalah untuk menyeberang jalan menyapa tetangga kita.

Kita telah menaklukkan ruang angkasa, tapi tidak mampu menaklukkan diri.

Kita telah melakukan hal-hal yang lebih besar, tetapi gagal melakukan hal-hal yang lebih baik.

Kita telah membersihkan udara, tetapi jiwa kita penuh polusi.

Kita telah menaklukkan atom, akan tetapi tidak mampu menaklukkan prasangka buruk.

Kita banyak menulis, tetapi sedikit belajar.

Kita banyak berencana, tetapi sedikit menggapai.

Kita belajar untuk mengejar, tetapi tidak menunggu.

Kita membuat banyak komputer untuk menampung informasi, untuk menghasilkan lebih banyak penggandaan, tetapi kita semakin sedikit berkomunikasi.

Inilah zaman-nya makanan cepat saji dan pencernaan yang lambat, manusia-manusia yang lebih besar fisiknya, tapi kerdil karakternya.

Keuntungan yang menanjak dan relasi yang rapuh.

Inilah masa pendapatan yang berganda tetapi perceraian bertambah.

Rumah-rumah yang semakin elok, tetapi keluarga yang berantakan. Inilah kalanya perjalanan yang semakin singkat, pakaian sekali pakai, moralitas yang terbuang, hubungan satu malam, kelebihan berat badan, dan pil-pil yang dapat melakukan segalanya; membuat gembira, menenangkan dan sekaligus, membunuh!

Inilah waktunya ketika banyak hal yang dipamerkan dan semakin sedikityang disimpan.

Zaman teknologi yang dapat membawa surat ini kepada Anda, dan waktu yang memberikan pilihan pada Anda untuk membagikan perenungan ini, atau justru menghapusnya.

Ingatlah untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan berada di sisi Anda selamanya.

Ingatlah untuk berkata-kata yang baik pada orang yang mengagumi Anda, karena ia suatu saat akan bertambah besar dan meninggalkan Anda.

Ingatlah untuk memberikan pelukan yang hangat pada orang di samping Anda, karena itulah hal berharga yang dapat Anda berikan dengan sepenuh hati tanpa harus mengeluarkan biaya.

Ingatlah untuk berkata, “Aku menyayangimu” pada pasangan Anda dan orang-orang yang kamu kasihi dengan tulus. Katakanlah itu dengan sepenuh hati dan arti. Sebuah kecupan dan pelukan akan mengobati hati yang luka ketika ia datang dari lubuk hati Anda.

Ingatlah untuk menggenggam tangan dan menikmati saat-saat bersamanya, karena suatu saat ia tak akan ada bersama Anda lagi. Berikan waktu Anda untuk mengasihi, mencintai, berikan waktumu untuk berkata-kata, dan berikan waktu Anda untuk membagikan pikiran- pikiran yang berharga.

Hidup tidak diukur dengan jumlah hembusan nafas yang kita ambil, Tetapi hidup diukur oleh saat-saat terakhir hembusan nafas kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar